Kepala Seksi Kesehatan
Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Kabupaten Tasikmalaya
Apep Saepulrahmat mengatakan, sapi sampah bisa dikenali dari fisiknya,
yakni perut yang buncit.
 |
Sapi sampah berahaya bagi manusia |
Menurut Apep, sapi sampah memiliki perut buncit karena dipenuhi pakan sampah yang tidak bisa dicerna.
"Kami
minta masyarakat lebih paham akan sapi yang berpakan sampah dan lebih
waspada. Biasanya, ciri yang paling gampang diketahui adalah perut yang
lebih buncit,” ujar Apep kepada wartawan, Kamis (2/10/2014).
Apep
juga menjelaskan, jika sapi sampah dipotong, maka di perutnya sering
ditemukan makanan yang tidak bisa dicerna, seperti bahan plastik dan
metal. Ciri lainnya adalah bau menyengat dari perut sapi yang sudah
dipotong.
Menurut Apep, pemahaman masyarakat akan bahaya sapi
sampah tersebut dinilai perlu segera disosialisasikan. Terlebih lagi,
dalam waktu dekat ini, masyarakat menghadapi perayaan Idul Adha atau
hari raya kurban. Kebanyakan hewan yang dikurbankan adalah sapi.
"Saya
rasa, pemahaman masyarakat tentang sapi sampah saat ini masih kurang.
Sementara itu, sebentar lagi mau kurban. Masyarakat saat ini baru
sebagian yang mengetahui adanya sapi sampah beredar untuk
diperjualbelikan," tandas Apep.
Meski demikian, pihaknya selalu
memeriksa hewan kurban sapi yang masuk dan keluar di pasar hewan,
ataupun sapi-sapi yang diperjualbelikan di pinggir jalan.
"Salah
satu manfaat kita melakukan pemeriksaan di para pedagang sapi adalah
untuk mengetahui asal-muasal sapi, selain jenis penyakit berbahaya,”
ungkap dia.
Seperti diberitakan, sapi sampah masih banyak
diternak oleh warga di sekitar kawasan tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah Ciangir, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Bahkan, sapi
sampah tersebut diakui masih ada yang dijual sebagai hewan kurban untuk
Idul Adha tahun ini. Bahkan, para bandar sebagian masih membeli beberapa
sapi sampah dan dijual kembali sebagai hewan kurban kepada warga.